Tidak terasa dari pembangunan awal pondok bulan september sampai sekarang ini sudah terlihat kondisi fisik bangunan pondok. Pondok ini baru 75% sudah rampung 25% lagi adalah penyelesaian akhir berupa kosen jendela, kosen pintu, kosen ruang santai, bangku santai dan area pemandangan jauh ketika santai serta kamar tidur. Pondok ini akan dipermak senyaman mungkin, karena pondok ini akan menjadi saksi aku dan kawan-kawan memulai usaha baru. Saksi susah dan bahagia dalam memulai usaha. Sekitar pondok nanti akan aku tanami buah-buahan cangkok seperti mangga, rambutan, kelengkeng, jeruk dan masih banyak lagi. Yang akan disesuaikan untuk penunjang kebutuhan vitamin tubuh kami kelak. Keliling pondok ini akan dipaggar dan kolong pondok akan dibangun gudang yang kiri dan yang kanan akan dibangun dapur serta kamar mandi. Pengerjaan pondok ini terbilang lama karena dikerjakan secara gotong royong dan dana swadaya. Jika mau dihitung dari upah tukang dan bahan yang ada pondok dengan ukuran 4x6 meter dan tinggi kurang lebih 3 meter ini menelan biaya sekitar 20 juta rupiah. Ya itu jika semua bahan dan upah dibayar namun tidak demikian dengan keadaan pondok ini. Pondok ini dibangun dengan biaya bahan yang dibeli sekitar 5 juta rupiah. Karena upah tukang dan kayu yang ada tidak dibayar dan dibeli. Mungkin kita bisa hitung saja jika beli kayu ulin saja setengah kubik ulin Rp. 2.300.000 balok ukuran campur anggap saja Rp. 4000.000 paku semua ukuran Rp. 500.000 Atap Daun 13 ikat Rp. 700.000 Upah tukang sekitar 15 hari kerja dikali 150.000 Rp. 4500.000 dan Total: 12.000.000. Dan itu belum terinci detail mengenaj bahan yang ada. Disini saya sempat berfikir, jika saya mau bangun rumah tanah yang ada beli dan bahannya bayar dengan ukuran satu pondok ini berarti 50 juta saja tidak cukup alias belum jadi apa-apa rumah saya. Jika dikalkulasikan dengan upak kerja kita diperusahaan kisaran 6 juta perbulan dipotong biaya hidup dari gajih itu sekitar 3 juta perbulan maka jika mau bangun rumah dengan membeli tanah. Merupakan hal yang membuat kita pusing selama beberapa tahun kedepan. Itu saja jika mau bangun rumah didesa seperti ditempat saya tinggal. Gimana jika mau membangun di perkotaan seperti balikpapan. Bisa dibayangkan lumayan mahal sangat.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar